BAB 10 SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

 

·      Konsep Dasar Sampling Audit
SA 350.01 mendefinisikan sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo rekening atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo rekening atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit sangat banyak dipakai dalam prosedur pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing), tetapi biasanya tidak digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis.

·      Risiko Sampling dan Risiko Nonsampling
1.         Risiko Sampling
Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa suatu sampling yang telah diambil dengan benar tidak mewakili populasi. Tipe risiko sampling yang bisa terjadi dalam melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif :


·      Sampling Nonstatistik dan Sampling Statistik
Dalam sampling nonstsatistik, auditor menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel sepenuhnya berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalamannya.
Sampling statistik akan bermanfaat bagi auditor dalam (1) merancang sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan bukti yang diperoleh (3) menilai hasil sampel. Dan sampling statistik memungkinkan auditor untuk mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling. Perbedaan pokok antara keduanya adalah bahwa dalam sampling statistik digunakan hukum probabilitas untuk mengendalikan risiko sampling.

file dokumen lebih lengkap silahkan download disini :

Read comments

BAB 9 RISIKO DETEKSI DAN RANCANGAN PENGUJIAN SUBTANTIF

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang dinyatakan dalam model sebagai berikut :
RA
RD=
RB x RP
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen keempat atau terakhir dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.
Auditor harus membandingkan antara tingkat risiko pengendalian sesungguhnya atau akhir dengan rencana tingkat risiko untuk asersi yang bersangkutan. Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama dengan tingkat risiko pengendalian awal, auditor bisa melangkah ke tahap perancangan pengujian subtantif spesifik berdasarkan rencana tingkat pengujian substantif yang telah ditetapkan sebagai komponen keempat dari strategi audit awal. Namun apabila tidak, tingkat pengujian subtantif harus direvisi sebelum merancang pengujian subtantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat risiko deteksi yang bisa diterima setelah direvisi.
Dalam merancang pengujian subtantif, auditor kadang-kadang menginginkan untuk menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan digunakan dalam pengujian substantif yang berbeda pula mengenai asersi yang sama.
Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang asersi laporan keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian subtantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah satu dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo-saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penetuan sifat, saat, dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan efektifitas posedur pegauditan yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang bisa lebih mahal. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, auditor dapat menggunakan prosedur yang kurang efektif yang bisa lebih murah.
Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis, yaitu : prosedur analitis, pengujian detil transaksi, dan pengujian detil saldo -saldo.
1.      Prosedur analitis  
PSA No. 22, Prosedur analitis (SA 329,11), menyatakan bahwa efektifitas dan efisiensi prosedur analitis tergantung pada : 
-          Sifat asersi.
-          Kelayakan dan kemampuan untuk mempediksi suatu hubungan.
-          Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran.
-          Ketepatan taksiran.


Untuk file lebih lengkap silahkan download disini :

 

Read comments

PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN


Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi laporan keuangan, tetapi auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk asersi -asersi kelompok transaksi. Hasil penetetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemrikian rupa sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang bersangkutan.
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal -hal sebagai berikut :
1.    Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh  dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
2.    Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan. Salah saji bisa diidentifikasi untuk asersi-asersi yang berkaitan dengan masing-masing kelompok transaksi dan untuk asersi-asersi pada setiap saldo rekening yang bersangkutan. Contoh salah saji potensial bisa diidentifikasi untuk asersi-asersi pengeluaran kas dan untuk dua rekening utama yang terpengaruh oleh pengeluaran kas yaitu kas dan utang dagang.
3.    Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Auditor mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan baik dengan menggunakan perangkat lunak komputer maupun secara manual, yaitu dengan menggunakan daftar pengecekan. Penetapan pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan pertimbangan–pertimbangan lain. Contoh apabila volume transaksi pengeluaran kas tinggi, maka pengecekan independen menjadi cukup penting. Sebaliknya apabila volume pengeluaran kas begitu banyak maka rekonsiliasi bank independen dipandang cukup.
4.    Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian-pengendalian yang diperlukan pengendalian harus memberi bukti tentang efektivitas rancangan dan / atau pengoperasian penngndalian yang diperlukan.
5.    Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko. Penetapan akhir risiko pengendalian untuk asersi –asersi laporan keuangan didasarka pada evaluasi atas bukti yang dipeoleh dari : (prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang kebijakan dan prosedur SPI, dan (2) pengujian pengendalian yang bersangkutan. Informasi bisa diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti : dokumen, bukti elektronis, perhitungan, bukti lisan, atau bukti fisik. Apabila tipe bukti diatasmendukung kesimpulan yang sama tentang efektivitas suatu pengendalian, maka tingkat keyakinannya akan semakin besar. Sebaliknya apabila bukti-bukti trsebut memberikan kesimpulan yang berbeda, maka keyakinnya berkurang.
2 pendekatan pengaruh dari strategi audit awal :
1.    Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum
2.    Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah

untuk file dokumen lebih lengkap silahkan download disini :

Read comments